Headline 27 April 2018 - Rupiah Terkoreksi, Ekonomi RI Aman?
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terkoreksi sejak pekan lalu. Pelemahan rupiah ini karena faktor global khususnya kebijakan dari pemerintah Amerika Serikat (AS). Pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa ekonomi Indonesia masih aman.
Jika dihitung dari dari awal bulan, pelemahan rupiah mencapai 1,3 persen. Sedangkan jika dihitung dari awal tahun atau year to date, pelemahan rupiah tercatat 2,59 persen. Pada Kamis (26/4/2018), nilai tukar rupiah sempat menyentuh 13.935 per dolar AS atau mendekati 14.000 per dolar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan rupiah lebih kecil atau relatif sama dibanding mata uang negara maju dan negara berkembang lainnya yang mencapai lebih dari dua persen. "Dalam dua hari terakhir, dibanding mata uang negara maju dan emerging, rupiah masih pada kisaran yang relatif sama atau lebih baik sedikit," ujarnya Kamis (26/4/2018).
"Beberapa mata uang negara maju, terdepresiasi di atas dua persen. Mata uang di kawasan kita (ASEAN) pun di atas itu. Bahkan India terdepresiasi lebih dalam karena ingin memacu ekspor," Sri Mulyani menambahkan.
Tak berbeda jauh, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, rupiah pada 25 April 2018 terdepresiasi sebesar 1,09 persen (mtd). Depresiasi rupiah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara Asia lain termasuk Thailand yang tercatat 1,14 persen, Malaysia sebesar 1,23 persen, Singapura turun 1,24 persen, Korea Selatan di angka 1,58 persen dan India di angka 2,57 persen.
Apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan mengganggu stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI 7-Day Repo Rate.
"Kebijakan ini tentunya akan dilakukan secara berhati-hati, terukur, dan bersifat data dependence, mengacu pada perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan," tutur agus.
Sri Mulyani melanjutkan, penyebab kurs rupiah melemah lebih banyak dipengaruhi kebijakan ekonomi dari pemerintah AS seiring dengan perbaikan data ketenagakerjaan dan inflasi di Negeri Paman Sam.
"Perekonomian AS, baik data employment maupun inflasi menunjukkan suatu recovery. Perubahan kebijakan fiskal, seperti pajak dan perdagangan, sehingga AS akan melakukan berbagai kebijakan meng-adjust," paparnya.
Selain itu, sambungnya, The Fed juga akan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate sebanyak tiga sampai empat kali di 2018.
Analis lembaga keuangan Oanda Corporation Singapura, Stephen Innes mengatakan hal yang sama. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS menjadi alasan dolar AS menguat cukup tajam pada pekan ini.
"Kecuali ada kehancuran di pasar saham AS, dan tidak mungkin itu terjadi, sangat diragukan Bank Sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga," jelas analis dia seperti dikutip dari Reuters.
Selanjutnya :https://www.liputan6.com/bisnis/read/3491409/headline-rupiah-terkoreksi-ekonomi-ri-aman?source=search
Comments
Post a Comment