Tajuk Rencana - Bom Bunuh Diri, Bukan Sekedar Skenario
Beberapa waktu
silam, Indonesia sedang dilanda peristiwa aksi teroresime yaitu bom bunuh diri.
Salah satunya yang terjadi pada 3 gereja di kota Surabaya antara lain di depan
Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, GKI Diponegoro di Jalan
Raya Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno(13/5). Kejadian tersebut
menyebabkan beberapa orang terluka hingga tewas. Pelaku dari bom bunuh diri ini
merupakan satu keluarga utuh yang terdiri dari ayah, ibu dan empat anak. Sekilas
terlihat seperti keluarga pada umumnya, namun siapa sangka radikalisme mereka
pegang utuh. Diduga keluarga ini masuk dalam Jamaah Anshorut Daulah (JAD) dan
Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Sumber berita
Aksi bom bunuh diri
di tiga gereja surabaya, sontak membuat masyarakat terkejut. Cemas, resah,
sedih, takut, semua menjadi satu. Negri yang aman dan tentram, tiba-tiba
berubah menjadi suram. Berbagai pendapat mewarnai peristiwa ini. Salahsatunya
adalah pengalihan isu. Himma Dewiyana Lubis, Dosen Ilmu Perpustakaan USU,
ditangkap atas ujarannya di media sosial yang mengatakan bahwa bom bunuh diri
adalah skenario dari #GantiPresiden2019.
Peristiwa yang
memakan korban jiwa dan merusak bangunan secara besar-besaran ini bukanlah
sebuah pengalihan isu politik. Melainkan sebuah usaha untuk merusak keutuhan
NKRI. Sekelompok orang yang menginginkan Indonesia gaduh dan bercerai-berai.
Identitas agama muslim dibawa guna melancarkan aksi ini dengan memberikan
doktrin radikalisme, yaitu berjihad. Sehingga citra muslim menjadi buruk dan
sering dikaitkan dengan terorisme. Kenyataannya target yang diserang bukanlah
agama diluar muslim saja, namun seluruh Indonesia.
Menjadikan
peristiwa bom bunuh diri sebagai pengalihan isu politik bukanlah hal yang
tepat. Seharusnya peristiwa ini dapat menjadi cerminan bagi seluruh warga
negara baik dari pemerintah hingga rakyatnya. Pemerintah harus memperketat
keamanan dan mampu menangkap para pelaku paham-paham radikalisme dengan cara
mengkoordinasi seluruh pihak keamanan baik TNI, Polisi, maupun yang ada di
lingkup kecil seperti hansip, satpam dll. Tak hanya itu, pemerintah juga perlu
merangkul para tokoh-tokoh agama untuk memberikan pemahaman yang lurus dan
menangkal paham-paham radikalisme. Kemudian yang terpenting adalah seluruh
rakyat Indonesia, agar tetap menjaga rasa persatuan dan menghargai perbedaan
sehingga dapat menghindari perilaku-perilaku radikalisme. Selain itu rakyat
Indonesia juga harus berani melawan radikalisme dengan cara melaporkan kepada
pihak yang berwajib jika menemukan hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme
ataupun hal-hal yang memicu
Sumber berita
3.
https://news.detik.com/berita/4029303/kaitkan-bom-surabaya-dan-2019gantipresiden-dosen-usu-ditangkap
Comments
Post a Comment